Total Tayangan Halaman

Minggu, 17 Juli 2011

Kesehatan Jiwa(Mental Health) di Kehidupan Modern dan Sejarah Kesehatan Jiwa

PENDAHULUAN
Dengan kemajuan zaman, problem-problem pribadi dan
sosial dalam kehidupan manusia bukannya berkurang, tetapi
sebaliknya, bahkan bertambah sehingga mengganggunya untuk
mencapai kebahagiaan hidup yang diidam-idamkan. Perang
(dalam maupun luar negeri), pergolakan ekonomi (inflasi,
dan sebagainya) perilaku anti sosial (perampokan,
penganiayaan, perkosaan, dan sebagainya), ketidakserasian
penerapan hukum dan peraturan, hidup berkeluarga
yang bermasalah (percekcokan, perceraian, kekerasan dalam
keluarga, hidup bersama tanpa nikah, dan sejenisnya) semuanya
menambah disilusi (kekecewaan yang mendalam), kesulitan
atau ketidakmampuan untuk menegakkan nilai-nilai sosial
kultural dan melaksanakan program yang berorientasi filsafat
sosial, semuanya secara bertumpuk-tumpuk memicu konflik
dan stres ( ketegangan yang tidak pernah reda secara spontan).
Situasi seperti itu mengakibatkan kondisi maladjustment
(keadaan ketidaksesuaian diri dengan lingkungan), yang
dinyatakan secara jasmaniah (seperti kondisi sakit atau kurang
sehat hingga terpaksa tidak masuk bekerja atau bekerja tidak
efektif ) atau melahirkan perilaku menyimpang; kepribadian
yang “agak aneh” hingga kurang diterima oleh lingkungan
karena dinilai “kurang wajar”.
Dapat disaksikan orang-orang yang “pusing”,”bingung”
dan “bengong” menghadapi situasi yang menegangkan. Banyak
di antara mereka jelas menyatakan dirinya tidak berbahagia,
terpaksa hidup terus walaupun tidak melihat masa depan yang
cerah; mereka kehilangan kekuatan mental emosionalnya
untuk hidup tenteram, damai dan sejahtera cukup banyak orang
yang mengalami dan memperlihatkan penyesuaian diri secara
pribadi maupun sosial yang “kurang pantas” dan “kurang
berkenan” terhadap orang lain. Mereka yang tergolong
berkelakuan tidak efisien atau “kurang wajar” tersebut,
mungkin tidak perlu dirawat, tetapi jelas memerlukan bimbingan
mental sehingga dapat dikembalikan ke garis kehidupan
yang “lebih normal” dalam waktu yang sesingkat -singkatnya.
MASALAH-MASALAH YANG MENGHAMBAT PENYESUAIAN
DIRI
Perilaku tidak hanya tergantung pada dorongan motivasi
diri, banyak hambatan dan halangan di sekitar kita baik
yang eksternal (luar diri kita) maupun internal (dalam diri
kita). Jika suatu dorongan atau keinginan manusia dihambat
atau dihalangi, akan timbul stres. Stres dapat dianggap sebagai
suatu keharusan untuk menyesuaikan diri, yang dibebankan
pada individu. Keadaan, yang merupakan kekuatan atau
keharusan untuk menyesuaikan diri, dianggap sebagai stressor
yang dapat bersifat internal atau eksternal; biasanya tidak hanya
satu stressor saja yang membebani individu tetapi beberapa
stressor sekaligus.
JENIS – JENIS STRESSOR
Ada dua jenis stressor yang diketahui, yaitu stressor
biologik dan stressor psikologik, tetapi kebanyakan bersifat
psiko-biologik. Infeksi dapat dianggap stressor biologik yang
mengharuskan sistem pertahanan jasmani orang itu menangkalnya.
Sama halnya dengan rasa berdosa atau rasa bersalah,
yang merupakan stressor psikologik; stressor demikian mengharuskan
sistem “Diri-Aku” ( Ego system ) melakukan pertahanan
(defense) agar dapat berfungsi seimbang (normal)
lagi. Jika tidak berhasil, maka individu itu akan mengalami
kegoncangan mental. Stres dapat berpengaruh baik pada individu
secara tersendiri, maupun pada sejumlah individu secara
kelompok, umpamanya stres ekonomi atau stres bencana alam
(tsunami, gunung meletus, banjir dan sebagainya) membebani
baik individu maupun kelompok secara cukup berat.
Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005 5
SUMBER-SUMBER STRESSOR
1. Frustrasi Eksternal (Frustrasi = kekecewaan yang
mendalam).
Hal ini terjadi bila alam bergolak sangat berat: badai,
kebakaran, gempa bumi, tsunami, kecelakaan beruntun, terutama
sekali bila disertai kematian mereka yang sangat dicintai
dan dekat dengan yang bersangkutan. Halangan atau stres
eksternal yang hebat di antaranya perang (atau perang
saudara), depresi ekonomi (inflasi, dan sebagainya) persaingan
yang terlalu tajam atau ketat, perubahan zaman
(umpama dari situasi rural ke urban) yang terlalu cepat,
ketidakstabilan hukum dan keamanan, semuanya mengakibatkan
frustrasi.
Juga dapat berupa perlakuan hukum tertentu karena
dianggap melanggar UU atau Peraturan Negara. Penyimpangan
seperti pencurian, korupsi, agresi terhadap orang lain, dan
sebagainya, semuanya dapat rnengakibatkan hukuman (yang
lebih lanjut mengakibatkan kehilangan status sosial, kehilangan
pekerjaan, masuk penjara, dan sebagainya), yang semuanya
mencetuskan frustrasi yang sangat mendalam. Juga ketidak
berhasilan memenuhi tugas pekerjaan, pendidikan dan lain-lain
dapat mengakibatkan frustrasi.
2. Frustrasi Internal
Berbagai keterbatasan pribadi juga menimbulkan
frustrasi: kendala fisik (physical handicaps), kurangnya
inteligensi dan konsentrasi, persaingan daya tarik, dan
sebagainya dapat mengurangi keberhasilan dan mengakibatkan
frustrasi. Sejumlah frustrasi berasal dari hambatan psikologik
karena pertimbangan etika (atau susila kepantasan) dan
realitas, misalnya masalah perkawinan. Bila halangan atau
pertimbangan etika dikesampingkan, mungkin timbul rasa dosa
dan rasa salah diri yang berkepanjangan. Sering kali manusia
melakukan hal-hal yang ia sendiri mungkin tidak membenarkan,
sehingga menimbulkan rasa tidak senang dan
frustrasi.
POLA STRES SELALU MERUPAKAN MASALAH
PRIBADI
Tiap individu mempunyai pola tertentu penyesuaian
diri yang sangat unik (khas). Usia, jenis kelamin,
kedudukan atau jabatan, status ekonomi dan hal-hal lain yang
terikat pada pribadinya, semuanya turut menentukan. Seorang
anak akan menghadapi suatu stres dengan pola yang berlainan
dari seorang dewasa. Seorang pejabat memiliki pola penanggulangan
stres yang berlainan dengan seorang tukang batu.
Ditambah pula, pola penyesuaian itu dapat berubah selama
perjalanan waktu. Peristiwa dalam kehidupan seperti kerugian
finansiil, kecelakaan besar, kematian dalam keluarga dekat,
semuanya mampu mengubah pola stres ditambah dengan
faktor usia, tujuan-tujuan jangka panjang manusia dapat
turut mengubah pola tersebut.
Tetapi, yang paling penting ialah bagaimana manusia
itu sendiri menilai pola stresnya dan evaluasinya. Perlu dipertimbangkan,
bahwa situasi eksternal yang dialami dan
dianggap penting oleh seseorang bagi yang lain mungkin tidak
ada pengaruhnya sama sekali.
BERAT STRES
Sama halnya dengan beban yang diletakkan di sebuah
jembatan, begitu pula dengan beban stres pada seseorang;
makin lama stres berlangsung, makin berat stres tersebut dirasakan.
Jumlah stres yang berurutan yang dialami seseorang, juga
menentukan beratnya stres. Bila seseorang sekaligus mengalami
peristiwa kehilangan pekerjaan, serangan jantung, dan ditinggal
istri, maka jelas stres yang dialaminya lebih berat, dibandingkan
dengan jika peristiwa-peristiwa itu tidak terjadi bersamaan. Efek
kumulatif stres dapat menyebabkan seseorang sekonyong-konyong
dapat "meledak pecah" sesudah terjadinya suatu stres yang (secara
sepintas) mungkin ringan saja. Harus difahami bahwa individu
dalam memandang suatu situasi tidak hanya mengenai faktanya
saja, tetapi juga bagaimana dia menilai situasi vang baru itu
berdasarkan kemampuan diri untuk mengatasinva. Hal-hal
tersebut sangat penting untuk memahami kondisi sakit jiwa
(mental illness).
REAKSI HOLISTIK (=MENYELURUH) MANUSIA DI
BIDANG KESEHATAN JIWA
Pada dasarnya, reaksi manusia terhadap stres pada dasarnya
bersifat menyerang (attack), menarik diri (withdrawal)
atau kesepakatan berdamai (compromise). Masing-masing
reaksi itu dapat terjadi secara terbuka (overt) atau tersamar
(covert). Individu dapat menurunkan taraf aspirasinya
(hasrat atau cita-cita) saat menghadapi kegagalan, atau
meningkatkan upayanya untuk mencapai tujuan. Segala reaksi
tersebut adalah upaya untuk mengimbangi problem sedemikian
rupa sehingga dapat mencapai atau mempertahankan
suatu keseimbangan psikobiososial untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasarnya .
REAKSI PENYESUAIAN DIRI (ADAPTIF) SECARA
LANGSUNG
Sikap menyerang (attack), menarik diri (withdrawal)
dan sepakat berdamai (compromise) merupakan tindakantindakan
yang dapat dianggap langsung (direct) untuk
menghadapi stres, dengan berbuat sesuatu sehingga situasi
aslinya dapat di “lunak”kan (modify) atau di “ubah” (change).
Reaksi menyerang (attack), reaksi agresi (mendobrak atau
menyerang) atau reaksi bermusuhan (hostile) dimaksud untuk
menghapus atau mengatasi halangan mencapai kepuasan.
Banyak organisme bertindak agresif saat menjumpai halangan;
yang paling sering ialah tindakan memperkuat emosi yang
menjelma menjadi sikap permusuhan. Tetapi. hanya sejumlah
kecil situasi stres saja yang dapat diatasi dengan cara demikian.
Jika serangan langsung tidak berhasil, dan frustrasi tetap
berlangsung, maka frustrasi, rasa tidak senang dan rasa sakit
hati dapat dihubungkan dengan berbagai pribadi atau objek
tertentu. Mereka itu kemudian dapat dijadikan sasaran dan sebab
dari frustrasi dan blokade yang dialaminya.
Dengan demikian, maka reaksi agresif (yang semula hanya
bersifat aktivitas yang bertambah dan serangan langsung)
kemudian diperkuat menjadi rasa benci. Sikap yang semula
hanya berupa keinginan menyerang dapat ditambah dengan
kecenderungan merusak (destroy). Jika individu merasa
6 Cermin Dunia Kedokteran No. 149, 2005
diperlakukan tidak adil, tidak disukai, atau tidak diberi
kesempatan maju seperti orang lain (yang dianggap sama
dengan dia), maka ia dapat menaikkan tegangan permusuhan,
yang kemudian menjadi perilaku delinquent (melawan hukum).
Pencurian, perampokan, perusakan, pembakaran, perilaku
seksual yang melawan hukum, dan penyerangan fisik terhadap
orang-orang tertentu seringkali merupakan pola perilaku
pembangkang (defiant behavior).
REAKSI PENYESUAIAN DIRI SECARA TIDAK
LANGSUNG
Jika individu tidak melakukan reaksi penyesuaian secara
langsung, maka ia akan menempuh jalan tidak langsung. Ia
dapat melarikan diri (flight) atau menarik diri (withdrawal)
atau mengurung diri dalam kondisi ketakutan (fear atau
anxiety). Dalam kondisi itu, individu akan berkurang
efektivitas dan efisiensi hidupnya, banyak upaya dan
pekerjaannya tidak sesuai dengan yang diharapkan, seolah-olah
sia-sia belaka. Individu tersebut makin lama makin hidup
dalam dunia fantasinya dan jika tidak ditangani secara
profesional dapat terjerumus dalam keadaan sakit jiwa (mental
illness).
Pada umumnya individu yang terganggu kesehatan
jiwanya terbagi dalam :
1. Pasien-pasien dengan jiwa yang relatif sehat (dapat
bekerja dan berusaha seperti biasa) tetapi mengalami
berbagai problem hidup yang kadang-kadang
memerlukan orang lain (suami, isteri atau orang
tua/saudara) untuk mencapai penyelesaian (solusi)
yang sebaik-baiknya. Mereka dapat meminta nasihat
(counseling) pada seorang profesional: psikiater,
psychologist, educator, social worker, certified nurse dan
profesional lain. Dianjurkan tidak menghubungi ahli
nujum, dukun magician, dan sejenis karena pengetahuannya
tidak didasarkan atas asas-asas ilmiah modern.
2. Pasien neurosis khronis, psikosomatis khronis dan pasien
neuropsikiatrik perlu diobati oleh psikiater atau dokter
nonpsikiater yang berpengalaman.
3. Pasien dengan kondisi mendesak, atau tak terkendali.
Sering mengeluh konsentrasi menurun, fokus pikiran kabur,
mendengar bisikan suara (halusinasi) dan pikiran-pikiran curiga
dan bersifat mengejek atau menganggap dirinya "jahat"
(paranoid) dianjurkan segera berkonsultasi dengan psikiater.
BAGAIMANA SEBAIKNYA MENGHADAPI PASIEN DENGAN
KELUHAN KESEHATAN JIWA YANG TERGANGGU
( baik anak,remaja,dewasa,usia lanjut / lansia )
STRESS RELATIF
RINGAN
Pasien (dengan kesehatan jiwa yang relatif sehat),
dapat bekerja dan berusaha seperti biasa, tetapi
mengalami problem hidup dan penghidupan (problems
of life and living). Mereka dapat menyelesaikan
problem itu sendiri atau dengan orang lain yang dekat
dengannya untuk mencapai solusi. Mereka dapat
meminta nasihat counsellor.
STRESS SEDANG
PSIKOSOMATIK -
NEUROSIS
Pasien-pasien dengan problem hidup dan
kehidupan mendesak, memerlukan segera konseling
pada ahli yang terlatih secara ilmiah: clinical
psychologist, professional mental health nurse,social
worker, dan ahli sosial lain. Sering mereka langsung
minta bantuan atau pertolongan psikiater (swasta atau
pemerintah) sesuai dengan keinginannya sendiri,
• counsellor non-psikiater tidak pernah memberi obat
• counsellor psikiater dapat meresepkan obat
STRESS BERAT
(Psikosis)
Pasien dengan kondisi mendesak, atau “tak
terkendali” sering mengeluh konsentrasi menurun ,
fokus pikiran kabur, mendengar bisikan (halusinasi)
dan pikiran-pikiran kecurigaan atau menganggap
dirinya “jahat” (paranoid). Sering mereka sedang atau
sudah berobat ke dokter atau rumah sakit lain. Mereka
ini dianjurkan segera berkonsultasi dengan psikiater
dan dirawat.
KEPERAWATAN JIWA
ILMU KEPERAWATAN JIWA
A.SEJARAH PSICHIATRI
1773 : Custodial Care (tidak oleh tenaga kesehatan)
1882 : Primary Consistend of Custodial Care
1920-1945 : Care Fokus pada disease (model Curative Care)
1950-1960 :
1.Pelayanan mulai berfokus pada klien
2.Psychotropic - menggantikan - Restrains - and Seclusion
3.Deinstitutionalization dimulai
4.Mulai penekanan pada therapethic relationship
5.Mayor fokus pada primary preventive
1970-1980 :
1.Fokus pada community based care / service
2.Riset & Tecnologi
1990-2000 :
Focus pada preventif, community based service, primary preventive using various approaches, such as mental health center, particai, hospital service, day care center, home health and hospice care
B.SEJARAH PERKEMBANGAN DAN UPAYA KESEHATAN JIWA DI INDONESIA
1.Dulu Kala
G. jiwa dianggap kemasukan
Terapi : mengeluarkan roh jahat
2.Zaman Kolonial
Sebelum ada RSJ, pasien ditampung di RSU - yang ditampung, hanya yg mengalami gangguan Jiwa berat
3.1 Juli :
1882 : RSJ pertama di Indonesia
1902 : RSJ Lawang
1923 : RSJ Magelang
1927 : RSJ Sabang diRS ini jauh dari perkotaan
Perawat pasien bersifat isolasi & penjagaan (custodial care)
- Stigma
- Keluarga menjauhkan diri dari pasien
4.Dewasa Ini hanya satu jenis RSJ yaitu RSJ punya pemerintah
5.Sejak tahun 1910 - mulai dicoba hindari costodial care ( penjagaan ketat) & restraints (pengikatan )
6.Mulai tahun 1930 - dimulai terapi kerja seperti menggarap lahan pertanian
7.Selama Perang Dunia II & pendudukan jepang - upaya kesehatan jiwa tak berkembang
8.Proklamasi - perkembangan baru
Oktober 1947 pemerintah membentuk Jawatan Urusan Penyakit Jiwa ( belum bekerja dengan baik)
Tahun 1950 pemerintah memperingatkan Jawatan Urusan Penyakit Jiwa - meningkatkan penyelenggaraan pelayanan
9.Tahun 1966
PUPJ Direktorat Kesehatan Jiwa
UU Kesehatan Jiwa No.3 thn 1966 ditetapkan oleh pemerintah
Adanya Badan Koordinasi Rehabilitasi Penderita Penyakit Jiwa ( BKR-PPJ) Dgn instansi diluar bidang kesehatan
10.Tahun 1973 - PPDGJ I yg diterbitkan tahun 1975 ada integrasi dgn puskesmas
11.Sejak tahun 1970 an : pihak swastapun mulai memikirkan masalah kes. Jiwa
12.Ilmu kedokteran Jiwa berkembang
Adanya sub spesialisasi seperti kedokteran jiwa masyarakat, Psikiatri Klinik, kedokteran Jiwa Usila dan Kedokteran Jiwa Kehakiman
Setiap sub Direktorat dipimpin oleh 4 kepala seksi
Program Kes. Jiwa Nasional dibagi dalma 3 sub Program yang diputuskan pd masyarakat dengan prioritas pd Heath Promotion
Sub Prgoram Perbaikan Pelayanan :
- Fokus Psychiatic – medical – Care
- Penekanan pada curative service ( treatment) dan rehabilitasi
Sub Program untuk pengembangan sistem
- Fokus pada peningkatan IPTEK, Continuing education, research administrasi dan manajemen, mental health information
Sub Program untuk establishment community mental health :
- Diseminasi Ilmu
- Fasilitasi RSJ swasta - perijinan
- Stimulasi konstruksi RSJ swasta
- Kerja sama dgn luarg negeri : ASEAN, ASOD, COD, WHO dan AUSAID etc
C.KONSEPTUAL MODEL DALAM PERAWATAN JIWA
Proses therapy
Psikoanalisisa menggunakan “ free association “ and analisa minimal
1.Yang dianalisa adalah masalah penting yang dialami sekarang - Psychioanalycal Model Develop by signuand freud
Central concept : id ego dan super ego
Ego defence machanism: Unconscious level of mental fungtioning
Symptont are symbols by the ariginal conflict
Contoh : obsessive compulsive – cuci tangan
hubungannya dgn masa lalu. Kalau tdk ada hubungan tdk usah dikaji lebih lanjut
Psikoanalisa teori kontemporer : Erikson, Anna Freud, Melania Klien, karen Horney
2.Interpersonal Model
Develop by Peplau, H,S. Sullivan
Penekanan pd hubungan interpersonal :
Pengalaman interpersonal : Good me, bad me not me
Jangan sering mengatakan pd anak, “kamu salah”
Kecemasan timbul jika rasa aman tdk terpenuhi dan merasa ditolak Sebab individu membutuhkan rasa aman dan kepuasan
Proses therapy : mengoreksi pengalaman interpersonal dgn memberikan pengalaman hubungan interpersonal yg positif dgn therapy
Therapist moderen klien secara aktif untuk membangun trust
Reedukasi : Identifikasi problem - encourage more succesful style dlm hubungan interpersonal
3.Social Model
Develop by Caplan
Asumsi : lingkungan sosial mempengaruhi individu dan pengalaman seseorang
Lingkungan sosial - penyebab stress - penyimpangan prilaku, orang yg punya limited social support - predisposisi untuk laladaptive coping respon
Social therapy
Membantu klien menangani sos-sistem
Krisis intervensi
Manipulasi sistem pendukung social (social support)
4.Existensial Model
Develop by Cart Regers
Existensi seseorang sebagai manusia
Penyimpangan prilaku : self alienated ( terasing ) feel helpless, sad, lonely
self criticise - hambatan dlm berhubungan dgn orang lain
Prose therapeutik : membantu klien mengeksploitasi diri dan menerimanya
5.Medical Model :
Fokus :
Diagnosa mental illness - treatment based on diagnosa
Somatic treatment :
Pharmacotherapy dan Electrocanvulsive therapy
Moderen psyhiatric care are dominated by medical model
Penyimpanan perilaku merupakan gejala dari gangguan pd susunan syaraf pusat
6.Islamic Model ( disadur dari Horikoshi 80)
Polarisasi struktural - World - diri manusia - keadaan
Knowledge - Tuhan - Akal - Selamat and culture
Cool (dingin)
Nature (Hot) - Setan - Jasad - Celaka
Gangguan Jiwa :
physiolocal disorder yg disebabkan oleh panas yg sangat tinggi yg diabsorbsi oleh pasien dari setan yg mempengaruhi jiwa manusia
7.Proses Terjadinya :
Panas yg sangat tinggi itu membakar darah manusia dan memblok saraf ke otak dgn kontaminasi darah kotor. Ini mengakibatkan kurangnya darah segar yg mengalir di otak sehingga pikiran menjadi sangat panas dan merusak fungsinya untuk menerima kebijaksanaan dan kata-kata tuhan
Terapi bertujuan mengembalikan keseimbangan “ hot and cool substance “ dlm diri manusia
D.MODEL KEPERAWATAN
Dasar :
1.Rentang
Sehat———————— sakit
Adaptif Maladaptif
2.Nursing Model
Peplau Interpersonal Model
Nursing :
a significant, therapeutik and interpersonal proces
Essence of nursing : relationship nurse – client
Nurse harus memahami diri
Dapat berinteraksi dgn klien
Orem :
Self care adalah tingkah laku yg dipelajari dan disegaja yg ditampilkan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya.
Kemampuan seseorang memenuhi kebutuhannya tergantung pd situasi dan kondisinya
ASPEK ETIK DAN LEGAL
Etik dan Legal Psychiatry
Tension between individual
Ringth and social need
Legal content of care sangat penting karena ini berfokus pd patient ringht dan kualitas pelayanan yg diterima oleh pasien
1.Hospitalized Patient
Apakah pasien dgn psikosa diijinkan untuk menandatangani formulir (ijin) dirawat - jika tidak / ….
Di USA sejak thn 1940 : 90 % involuntary, 10 % voluntary tapi akhir-akhir ini 73 % dari1,6 juta pasien yg datang berobat adalah voluntary.
Di Idonesia
Involuntary - Justifikasinya : pasien dgn gangguan jiwa yg mempunyai satu atau lebih dari hal-hal berikut :
Berbahaya untuk diri sendiri dan orang lain
Membutuhkan treatment
Tidak bisa memenuhi kebutuhan dasarnya
2.Dangerousmenss
Sberapa besar kemungkinan pasien berbahaya untuk orang lainèapakah pasien dikurung karena alasan bahwa dia akan berbahaya pd orang lain, dpt diterima ?
(pasien dikurung/diikat tdk etis karena melanggar hak, dia dikurung boleh asal ada alasan karena mengganggu
3.Freedom of choice
Siapa yg berhak mengambil keputusan tentang yg terbaik untuk pasien harus secara “ involuntary “ dirawat ?
Pasien:
Family memberikan
Health care provider
Judicial system
4.Discharge
5.ECT
E. WHO
Kes. Jiwa bukan hanya suatu keadaan tdk ganguan jiwa, melaikan mengandung berbagai karakteristik yg bersifat positif yg menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yg mencerminkan kedewasaan kepribadian yg bersangkutan
F.UU KES. JIWA NO 03 THN 1966
Kondisi yg memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara optimal dari seseorang dan perkebangan ini selaras dgn orang lain.
G.YAHODA
Kes. Jiwa adalah keadaan yg dinamis yg mengandung pengertian positif, yg dapat dilihat dari adanya kenormalan tingkalaku, keutuhan kepribadian, pengenalan yg benar dari realitas dan bukan hanya merupakan nkeadaan tanpa adanya penyakit, gangguan jiwa dan kelainan jiwa
H.CIRI-CIRI SEHAT JIWA MENURUT YAHODA
1.Sikap positif terhadap diri sendiri
2.Tumbuh kembang dan aktualisasi
3.Terintegrasi
4.Otonomi
5.Realitas persepsi
6.Penguasaan lingkungan
I.SEHAT MENTAL/KESEHATAN JIWA
It is the capacity of the individual to interact effectively with the environment. Good mental health means happiness, competence, a sense of pawer over ones live, positive feelings of self esteem andcapacies to love, work and play. Good mental health also allow individual to deal appropriately eith difficult live event ( the ministry of helath australia)
J.MASLOW
The achievent of self actualization including an understanding od self and reality, the expression of emotionality and spontaneity and the achievement of life goals
Kondisi yg memungkinkan seseorang berkembang secara optimal baik fisik, emosional dan intelegensi dan berjalan selaras / serasi dgn orang lain ( WHO)
K.KRITERIA SEHAT MENTAL MENURUT YAHODA
1.Sikap positif terhadap diri sendiri
2.Tumbuh, berkembang dan aktualisasi
3.Integrasi : Masa lalu dan sekrang
4.Otonomi dlm pengambilan kupusan
5.Persepsi sesuai kenyataan
6.Menguasai lingkungan : mampu beradaptasi
Tidak absolut, ada dlm rentang (Sehat – Sakit)
Sehat …………………………Sakit
Optimal G. Jiwa
L.MENTAL ILLNESS
An illness with psychologyc o]r behavioral manifestations and or impairment infungctioning due to a social, psychologic, generic, physical / chemical, or biologic disturbunce ( stuard dan Sundeen 1998 )
M.KARAKTERISTIK :
Gangguan dlm fungsi seperti skizofrenia. Depresi, kecemasan, keluhan fisik tanpa adanya penyebab secara organik.
Perubahan yg tiba-tiba ( mood behavior ). Harapan yg tdk rational
Ada 2 kategori : Psikotik dan Non spikotik
N.TANDA DAN GEJALA G. JIWA
Kapan seseorangg dikatakan mengalamai gangguan jiwa
Normall dan Abnormal
Gejala gangguan jiwa merupakan interaksi dari berbagai penyebab sebagai proses penyesuaian terhadap stressor
O.GEJALA GANGGUAN JIWA DPT BERUPA GANGGUAN PADA :
1.Kesadaran
2.Ingatan
3.Orientasi
4.Efek dan emosi
5.Psikomotor
6.Intelegensi
7.Kepribadian
8.Penampilan
9.Proses pikir, persepsi
10.Pola hidup
P.PROSES TERJADINYA G. JIWA
1.PENYEBAB :
Walaupun gejala utama terdapat pd unsur kejiwaan tapi penyebab utamanya mugkin di badan ( Somatogenik), di lingkungan sosial ( sosiogenik) atau psike ( psikogenik)
Penyebabnya tdk tunggal tapi beberapa penyebab yg terjadi bersamaan dan saling mempengaruhi
Secara umum diketahui bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh adanya gangguan pd otak tapi tdk diketahui secara pasti apa yg mencetuskannya
Stress diduga sebagai pencetus dari gangguan jiwa tapi stress dapat juga merupakan hasil dari bwerkembangnya mental illness pd diri seseorang
Hubungan antara str..ess6s ddan m.ental iillness sangat komplek
Reaksi tiap orang terhadap stress berbeda-beda
Beberapa kemungkinan penyebab gangguan jiwa ( WF. MARA8MIS 1998 )
2.SOMATOGENIK
Neuroanatomi
Neurofiologis
Neurokimia
Tingkat perkembangan organik
Faktor pre and perinatal
Excessive secretion of the neurotransmitter nor epineprine
Excessive secretion of the neurotransintter norepimephrine may be a factor in anxiety disorders - antai ototng 1995
Q.FACTOR PSIKOLOGIK
1.Interaksi ibu dan anak
2.Peranan ayah
3.Persaingan antar saudara kandung
4.Hubungan dalam keluarga, pekerjaan dan masyarakat
5.Kehilangan
6.Kosep diri
7.Pola adaptasi
8.Tingkat perkembangan emosi
R.FAKTOR SOSIAL BUDAYA
1.Kestabilan keluarga
2.Pola asuh anak
3.Tingak ekonomi
4.Perumahan
5.Pengaruh rasial dan keagamaan, nilai-nilai
S.PERAN PERAWAT DLM THERAPY DIBIDANG KES. JIWA
Asuhan yg kompeten ( competent of caring )
1.Pengkajian yg mempertimbangkan budaya
2.Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan
3.Berperan serta dlm pengelolaan kasus
4.Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental, mengatasi pengaruh penyakit mental - penyuluhan dan konseling
5.Mengelola dan mengkoordinasikan sistem pelayanan yang mengintegrasikan kebutuhan pasien, keluarga staf dan pembuat kebijakan
6.Memberikan pedoman pelayana kesehatan
PERAN DAN FUNGSI PSYCHIATRIC NURSE
1.Psychiatric nursing dianggap sebuah profesi sejak akhir abad ke 19 dan sejak awal abad ke 20 profesi tersebut muncul sebagai spesialisasi dgn peran dan fungsinya yg unik.
2.Praktek psyhiatric nursing kontemporer
Psyhiatric nurse dianggap sebagai satu diatas 5 profesi dlm pelayanan jiwa yg lainnya : psyhiatrist psychologist social workes dan marriage dan family therapist
Psyhaitric nursing is an interpersonal proces that promotes and maintaina patien behavior that contributes to integratet fungtional ( stuart dan sundeen 1998 )
Klien dari psyhiatric nurse : individual keluarga, elompok masyarakat
Praktek keperawatan jiwa pd akhir-akhir ini mengacu pd sejumlah premise atau kepercayaan sebagai berikut:
Philosophicall belief of \nursing Practise
Menggunakan pengetahuan dari blophyysical, psychosocial. Sciieens teotty personality dan human behavior
Pemilihaan dari model-model konseptual
Era globalisasi - praktek harus dpt dipertanggungg jawabkan
Nurse patien rationship berubah menjadi nurse patient partnership, yg mengembangkan peran dari perawat jiwa profesional yg elemennya terdiri dari:
Kompetensi klien dan keluarga
Advocacy klien dan keluarga
Fisical responsibility
Kolaborasi dgn profesi lain
Social accountability
Legal ethical parameteer
Peran perawat tdk lagi hanya berfocus pd bedside care :
Perawat jiwa harus lebih sensitif pd lingkungan social anda advocacy terhadap kebutuhan klien dan keluarga
Pengembangan praktek, pendidikan dan riset
3.Tingkat Pencegahan
Primer : Insiden gangguan jiwa
Health promotion, illness prevention
Penyuluhan
Sekunder : illness by eart detection dan treatment of the problem. Skreening, home visit, crisis intervention
Tertier : residual impairment or disability :
Promote vovational dan rehabilitation
Organisation after care programe
Providing partial hospitalization
4.Rentang dari Perawatan (continuum of care )
5.Tingkat Penampilan
Tergantung pd 4 faktor
Hukum / Peraturan
Peraturan yg ada pd negara tersebut tentang peran dan fungsi psychiatric nurse
Kualifikasi
RN ( Psychiatric mental health registered nurse)
Psychiatric mental Health advence practise registred nurse
Setting praktek : purpose type, location administrasi
Di pemerintah
Di swasta
Personal inistif
PATEINT RIGHT
( Diadopsi dari Royal Hobart Hospital 1996)
1.Diberi informasi tentang alasan dirawat, diagnosa dan treatmen
2.Memperoleh perlindungan hukum jika diperlukan
3.Mempunyai hak untuk reviw, treatment yg diberi secara berkala
4.Hak untuk komplain jika pelayanan tdk memuaskan atau tdk sesuai standar
5.Hak untuk mendak treatmen kapanpun mereka ingin
6.Hak untuk menghubungkan keluarga dan teman
7.Confidentiality dan pryvacy
8.Terlibat dlm perencanaan pelayanan
9.Mendapatkan informasi tentang perubahan dlm asuhan
10.Hak untuk menghadap direktur RS untuk complain
11.Mendapatkan saran tentang obat-obatan dan self care
12.Menolak terlibat dlm penelitian
13.Diberi inform concent sebelum tindakan
14.Hak untuk meninggalkan RS kapanpun
15.Hak untuk dikunjungi kensultan psychiatri or psyahite nurse concultan minimal 1 kali dalam 24 jam
16.Dilindungi dari sexual harrassment dan abuse
HAK- HAK PASIEN
( Patient Right)
1.Hak untuk dihormati sebagai manusia
2.Hak memperoleh privacy
3.Hak untuk mempunyai kesempatan yg sama dan warga negara lainnya dlm pelayanan kesehatan pendapatan, pendidikan pekerjaan perumahan, transportasi dan hukum
4.Hak untuk mendapatkan informasi, pendidikan dan training ttg G.jiwa, pengobatan perawatan dan pelayanan yg tersedia
5.Hak untuk bekerja atau berinteraksi dgn tenaga kesehatan, khususnya dlm pengambilan keputusan sehubungan dgn tretment, perawatan dan rehabilitasi
6.Hak untuk komplain
7.Hak untuk mendapatkan advocacy
8.Hak untuk menghubungi teman dan saudara
9.Hak mendapatkan pelayanan yg mempertimbangkan budaya, agama dan jenis kelamin
10.Hak untuk hidup, bekerja dan berpartisipasi dlm masyarakat tanpa diskriminasi
PATIENT RIGHT, PERLU PERHATIAN ?
1.Banyak pasien terlantar dijalanan
2.Bicara kasar kepada pasien
3.Menelantarkan pasien
KEBERADAAN PELAYANAN KESEHATAN MENTAL
Untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan promotion of mental health
DULU :
Patien Gangguan Jiwa dianggap sampah, memalukan dipasung
SEKARANG :
Meningkatkan Iptek
Pengetahuan masyarakat tentang gangguan jiwa meningkat
Human right
Penting meningkatkan mutu pelayanan dan perlindungan konsumen, perlu pemahaman tentang human right
Sayangnya di Indonesia perhatian terhadap hal ini belum banyak
PRINSIP ASKEP JIWA
1.Peran dan fungsi perawat jiwa
2.Hubngan terapeutik perawat – pasien
3.Model dlm praktek kesehatan jiwa psikiatrik
4.Konteks biopsikososial askep jiwa
5.Kontek etik dan lega
6.Implementasi standar praktek klinik
7.Rentang asuhan
ASKEP KLIEN DGN SKIZOFRENIA
1.Maladaptive neurobiological respons
2.Gangguan orientasi realitas
3.1.1 % populasi - skizofrenoa
4.25 % klien skizofrenia - sebelimnya post psycotic defresion ( weiss, 1989 )
5.risk 0- > 0+
FAKTOR PENYEBAB
1.Genetika ( cloninger 1989 )
2-4 % Diturunkan kembar monozygoteèAyah, ibu saudara anak, 10 % diturunkan keponakan,cucu 46 – 48 % diturun
Kembar dizigot 14 – 17 %
2.Neurobiologikal
Terjadi pembesar ventrikel III pd posies sebelah kiri :
Lobus frontal klien skizofrenia ( dari orang normal, Andreasen, 1991)
Wernicle dan Brocas aphasia disorganisasi pd waktu bicara
Hiperaktifitas dopamine
3.Neurobehavioral
Kerusakan lobus Frontal - kesulitan dlm proses pemecahan masalah, berpikir abstrak, G. Psikomotorik
Kerusakan pd basal ganglia - distonia tremor
Gangguan pd lobus temporal limbic - meningkatnya kewaspadaan, distractbility, gangguan memory ( Short Term )
4.Stress
Stress psikososial dan perkembangan - gejala psikotik, kemiskinan, kebodohan, pengangguran, isolasi sosial, kehilangan
5.Penyalagunaan :
Coping yg maladaptif - obat- obatan
6.Psikodinamika
Freud : gangguan hubungan pd masa anak
STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN
Oleh : ASOSIASI PERAWAT AMERIKA
(ANA)
Standar Praktek Keperawatan Klinik KeS. Jiwa (Psikhiatric)
1.Menguraikan tingkat kompetensi askep, profesional dan kenerja profesional yg umum untuk perawat yg terlibat ditiap tatanan praktek klinik kesehatan jiwa
2.Standar asuhan :
Berhubungan dgn aktifitas keperawatan profesional yg dilakukan oleh perawat dgn melalui proses keperawatan :
Pengkajian St I
Diagnosa St II
Identifikasi hasil St III
Perencanaan ST IV
Implementasi ST V
Konseling, terapi lingkungan,
Aktifitas askep mandiri, intervensi Psikobiologis, penyuluhan kesehatan, manajemen kasus, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, Psikofarmakologi Psikoterapi, konsultasi
3.Evaluasi :
Standar Kinerja Profesional
St I : Kualitas asuhan
St II : Penilaian kinerja
St III : Pendidikan
St IV : Hub.dgn sejawat
St IV : Etika
St V : Kolaborasi
St VI : Riset
PENGEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
A.Konsep Pencegahan Primer
Analog : Imunisasi
Orang disiapkan untuk melewati setiap tahap perkembangannya dgn baik
Hal-hal yg perlu dicegah :
1.Perilaku Khusus :
Mengalah / membahayakan
Overacting
Menunda / lamban
Mengelak
Menyalahkan orang lain
2.Kegagalan berperan sebagai orang tua, pelajar
3.Hubungan yg tertutup :
Suami – Istri
Ortu – anak
Boss – anak buah
4.Perasaan yg berlebihan :
Panik, cemas situasi baru fligth
( Perilaku menyerang ) temper tantrum
( Ngadat)
5.Ketidak mampuan Psikologis
Proses berkabung yg Patologis
B.Meningkatkan Kes.Jiwa Keluarga Hal Penting :
Perawat harus memahami tumbuh kembang keluarga dan individu
Prevensi primer, sekunder, tertier
4 STRATEGI PENCEGAHAN PRIMER
1.Healt Education :
Meningkatkan kemampuan mengotrol diri sendiri, strategi coping yg efektif, realistis terhadap harga diri, sadar akan sumber daya
2.Merupakan lingkungan :
Keluarga
Masyarakat
Misalnya :ada anak yg marah - masyarakat mengejek, ia perlu healt edication untuk masyarakat
3.Sistem sosial yg mendukung :
memperluas dan memperkuat jaring sosial
menggunakan sistem pendukung di masyarakat
4.Bekerja dgn kelompok
Jadi terapi kelompok
Tujuan :
Kontrol perilaku – menurunkan stress
Memelihara self esteem dan integritas sosial
Evaluasi :
Penting
Sukar : long term
KETERANGAN :
4 Konteks Biopsikososial keperawatan jiwa
Praktek keperawatan Psikiatri kontemporer - Use model yg mengintegrasikan aspek bio psiko, dan sosialkultural individu dlm pengkajian, perencanaan dan peimplemetasikan intervensi keperawatan
7 . Rentang Asuhan
Pencegahan Primer
Pencegahan Sekunder
Pencegahan Tertier
Pengkajian Kebutuhan Pasien termasuk :
1.Stressor yg mempercepat respon maladaptif
2.Target atau kel. Populasi yg rentang beresiko tinggi suhubungan dgn stressor, termasuk anak-anak keluarga baru, keluarga yg mengalami perceraian atau penyakit, wanita dan lanjut usia
PERAWATAN KES. JIWA
Pengkajian
Pengumpulan Data :
Sumber Data
Jenis data
Tehnik pengumpulan data
Kerangka konsep
1.Identitas Klien
2.Keluhan utama :
Alasan masuk
Apa yg menyebabkan masuk
3.Faktor presdiposisi
4.Aspek fisik / biologik
5.Aspek psikososial
6.Status mental
7.Kebutuhan persiapan pulang
8.Mekanisme koping
9.Masalah psikososial dan ligkungan
10.Pengetahuan
11.Aspek medik
Alasan Masuk
- Masalah aktual berdasarkan keluham utama
Faktor yang mempengaruh terjadinya gangguan jiwa pd individu bersangkutan :
1.Apakah klien klien tersebut sudah pasrah mengalami gangguan jiwa sebelumnnya
2.Pengobatan berhasil / tidak
3.Terkait dengan masalah terminal
Aspek Fisik / Biologi
- TD, Pernapasan, BB, TB (komprehensip)
Aspek Psikososial
1.Genogram generasi
tidak mutlak generasi yg utama dgn siap k/ tinggal (pola asuh, komunikasi pengambilan keputusan )
2.Pola Asuh :
Kehangatan
Kontrol
3.Data diperoleh dgn pertanyaan :
Bagaimana prilaku yg spesifik pd keluarga
Apakah ada anggota keluarga lain yg pernah mengalami gangguan jiwa
Bagaimana komunikasi pd keluarga tersebut
Siapa orang yg terdekat dgn klien secara emosi / psikologis
4.Konsep diri ( gambaran diri, ideal diri, pesan, identitas)
5.Hubungan sosial
- Apakah klien mengikuti kegiatan yg ada dilingkungan
6.Status mental :
Penampilan
Pembicaraan
Aktivitas motorik
spritual
PENGKAJIAN
Kemampuan :
1.Kesadaran / titik diri
2.Observasi
3.Kom ter
4.Respek
Kesalahan :
1.Memberi pendapat
2.Menyimpulkan
Deskripsikan / interpretasikan sebagai data
Pohon Masalah
Efek
Care Problem
Causa
ANALISA DATA
1.Mengkaitkan - Data
2.Menghubungkan - Konsep - Teori - Prinsip
Kesimpulan :
1.Kesenjangan
2.Masalah kesehatan / keperawatan
a.Validasi
b.Klasifikasi
c.Bandingkan
d.Buat kesimpulan
e.Temukan etiologi
Daftar masalah keperawatan disusun sesuai prioritas :
1.Cara memprioritaskan masalah
Fokus pd ancaman kehidupan
Fokus keluarga/masalah utama
Fokus akibat dengan masalah utama
Fokus sebab dengan masalah utama
Fokus kebutuhan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, kelompok, komunitas terhadap proses kehidupan dan atau masalah kesehatan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia yang mendasari intervensi keperawatan yang menjadi tanggung gugat perawat.
KOMPNEN
1.Problem keadaan
2.Etiologi
3.Symptom
PROBLEM
Keadaan senjangan klein dgn faktor yg memberi gambaran dimana d/ keperawatan harus diberikan
ETIOLOGI
Penyebab masalah menunjukkan penyebab keadaan kesehatan yang memberi arah d/ keperawatan
SYMPTOM
Tanda-tanda dan gejala menggambarkan apa yg klien katakan dan apa yang diobservasi perawat
KOMPONEN
1.Subjek
2.K. Kerja
3.keadaan
4.Kriteri
5.Waktu
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1.Serangkaina kegiatan tindakan
2.Susuai tindakan
3.Tiap tujuan khusus
TINDAKAN KEPERAWATAN
1.Observasi dan onitoring
2.Tindakan keperawatan
3.Pendidikan kesehatan
4.Therapy keperawatan
5.Tindakan kolaborasi
EVALUASI
1.Penilaian pencapaian Tujuan
2.Perubahan / perbaikan rencana :
Orentasi tujuan
Respon verbal dan non verbal
Analisa keberhasilan
Catatan :
1. IQ = Insting , nasluri
2. EGO = Yg mempertahankan diri sampai tahu realitas
3. S. EGO = Nilai norma untuk diinternalisasi
Sumber:
Suryani,S. (2004). Komunikasi Tetapeutik EGC; Jakarta.
Stuart dan Laraia. (2001). Principle and Practice Of Nursing. edisi 6. St. Louis: Mosby Year Book
KESEHATAN JIWA
Pada saat ini ada kecenderungan penderita dengan gangguan jiwa jumlahnya
mengalami peningkatan. Data hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SK-RT) yang
dilakukan Badan Litbang Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun
1995 menunjukkan, diperkirakan terdapat 264 dari 1000 anggota Rumah Tangga menderita
gangguan kesehatan jiwa. Dalam kurun waktu enam tahun terakhir in i , data tersebut
dapat dipastikan meningkat karena krisis ekonomi dan gcjolak-gejolak lainnya
diseluruh daerah. Bahkan masalah dunia internasionalpun akan lkut memicu terjadinya
peningkatan tersebut.
Studi Bank Dunia (World Bank) pada tahun 1995 di beberapa negara
menunjukkan bahwa hari-hari produktif 'yang hilang atau Dissabiliiy Adjusted Life
Years (DALY's) sebesar 8,1% dari Global Burden of Disease, disebabkan oleh masalah
kesehatan jiwa. Angka in i lebih tinggi dari pada dampak yang disebabkan penyakit
Tuberculosis(7,2%), Kanker(5,8%), Penyakit Jantung (4,4%) maupun Malaria (2,6%).
Tingginya masalah tersebut menunjukkan bahwa masalah kesehatan jiwa merupakan salah
satu masalah kesehatan masyarakat yang besar dibandingkan dengan masalah kesehatan
lainnya yang ada dimasyarakat.
Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 yang dimaksud dengan
"Kesehatan" adalah:
"Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis".
Atas dasar definisi Kesehatan tersebut di atas, maka manusia selalu
dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh (holistik). dari unsur "badan"
(organobiologik), "jiwa" (psiko-edukatif) dan “sosial” (sosio-kultural), yang tidak
dititik beratkan pada “penyakit” tetapi pada kualitas hidup yang terdiri dan
"kesejahteraan" dan “produktivitas sosial ekonomi”.
Dan definisi tersebut juga tersirat bahwa "Kesehatan Jiwa" merupakan bagian
yang tidak terpisahkan (integral) dari "Kesehatan" dan unsur utama dalam menunjang
terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh.
Menurut Undang-undang No 3 Tahun 1966 yang dimaksud dengan
"Kesehatan Jiwa" adalah keadaan jiwa yang sehat menurut ilmu kedokteran sebagai
unsur kesehatan, yang dalam penjelasannya disebutkan sebagai berikut:
2
"Kesehatan Jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan
fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan
perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain". Makna
kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang harmonis (serasi) danmemperhatikan
semua segi-segi dalam kehidupan manusia dan dalam
hubungannya dengan manusia lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah bagian integral dari
kesehatan dan merupakan kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, mental dan
sosial individu secara optimal, dan yang selaras dengan perkembangan orang lain.
Seseorang yang “sehat jiwa” mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Merasa senang terhadap dirinya serta
o Mampu menghadapi situasi
o Mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup
o Puas dengan kehidupannya sehari-hari
o Mempunyai harga diri yang wajar
o Menilai dirinya secara realistis, tidak berlebihan dan tidak
pula merendahkan
2. Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain serta
o Mampu mencintai orang lain
o Mempunyai hubungan pribadi yang tetap
o Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda
o Merasa bagian dari suatu kelompok
o Tidak "mengakali" orang lain dan juga tidak membiarkan orang
lain "mengakah" dirinya
3. Mampu memenuhi tuntutan hidup serta
o Menetapkan tujuan hidup yang realistis
o Mampu mengambil keputusan
o Mampu menerima tanggungjawab
o Mampu merancang masa depan
o Dapat menerima ide dan pengalaman baru
o Puas dengan pekerjaannya
Untuk mencapai jiwa yang sehat diperlukan usaha dan waktu untuk
mengembangkan dan membinanya. Jiwa yang sehat dikembangkan sejak masa bayi
hingga dewasa, dalam berbagai tahapan perkembangan. Pengaruh lingkungan
terutama keluarga sangat penting dalam membina jiwa yang sehat.
3
Salah satu cara untuk mencapai jiwa yang sehat adalah dengan penilaian diri
yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya yang berkaitan erat dengan cara berpikir,
cara berperan, dan cara bertindak.
Penilaian diri seseorang positif apabila seseorang cenderung:
o Menemukan kepuasan dalam hidup
o Membina hubungan yang erat dan sehat
o Menetapkan tujuan dan mencapainya
o Menghadapi maju mundurnya kehidupan
o Mempunyai keyakinan untuk menyelesaikan masalah
Penilaian diri seseorang negatif apabila seseorang cenderung:
o Merasa hidup ini sulit dikendalikan
o Merasa stres
o Menghindari tantangan hidup
o Memikirkan kegagalan
Beberapa upaya untuk membangun penilaian diri:
1. Seseorang harusjujur terhadap diri sendiri.
2. Berupaya mengenali diri sendiri dan belajar menerima semua kekurangan
dan kelebihannya.
3. Bersedia memperbaiki diri sendiri untuk mengatasi kekurangannya
4. Menetapkan tujuan dan berusaha mencapainya dengan
tidak membandingkan diri sendiri dengan orang lain
5. Selalu berusaha untuk mencapai yang terbaik sesuai dengan kemampuan,
tetapi tidak boleh terlalu memaksakan diri sendiri.
Apabila seseorang mengalami perubahan maka akan tcrjadi reaksi baik secara
jasmani maupun kejiwaan yang disebut dengan stres. Sebagai contoh misalnya para
karyawan atau manajer merasakan stres apabila ada pekerjaan yang menumpuk atau
jika ada kesulitan dalam hubungan kerja.
Stres dapat terjadi pada setiap orang dan pada setiap waktu, karena stres
merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat dihindarkan. Pada
umumnya orang menyadari adanya stres, namun ada juga yang tidak menyadari hahwa
dirinya mengalami stres.
Reaksi seseorang terhadap stres dapat bersifat positif maupun dapat bersifat
negatif. Reaksi yang bersifat negatif atau merugikan, jika terjadi keluhan atau
4
gangguan pada orang tersebut. Reaksi bersifat positif, jika menimbulkan dampak yang
menjadi pendorong agar orang berusaha. Stres yang bersifat negatif/merugikan dapat
terjadi apabila stres terlalu berat atau berlangsung cukup lama.
Faktor yang menyebabkan stres disebut sebagai stresor. Ada beberapa macarr
penyebab stres:
o Stresor fisik/jasmani, antara lain:
Suhu dingin/panas, suara bising, rasa sakit, kelelahan fisik, polusi
udara, tempat tinggal tak memadai dan sebagainya.
o Stresor psikologik, antara lain:
Rasa takut, kesepian, patah hati, marah, jengkel, cemburu, iri hati
o Stresor sosial-budaya, antara lain:
Hubungan sosial, kesulitan pekerjaan, menganggur, pensiun,
PHK, perpisahan, perceraian, keterasingan, konflik rumah tangga.
Stres dapat berpengaruh terhadap keadaan jasmani dan kejiwaan seseorang:
o Reaksi yang bersifat jasmani dapat berupa:
Jantung berdebar-debar, otot tegang, sakit kepala, sakit perut/diare,
lelah, gangguan makan, eksim.
o Reaksi yang bersifat kejiwaan dapat berupa:
Sukar konsentrasi, sukar tidur, cenderung menyalahkan orang lain,
cemas, menarik di r i , menyerang, mudah tersinggung.
o Pada tahap yang berat stres dapat menimbulkan:
Penyakit fisik (misal tekanan darah tinggi, asma berat, serangan jantung
dan sebagainya)
Stres tidak dapat dicegah akan tetapi dapat dikendalikan, berikut ini terdapat 12
langkah pengendalian stres:
1. Merencanakan masa depan dengan lebih baik:
Belajar hidup tertib dan teratur dan menggunakan waktu sebaikbaiknya.
2. Menghindari membuat beberapa perubahan besar dalam saat yang
bersamaan:
Misalnya pindah rumah, pindah pekerjaan dan sebagainya. Memberi
waktu untuk menyesuaikan diri terhadap setiap perubahan yang
baru sebelum melangkah lebih lanjut.
5
3. Menerima diri sendiri sebagaimana adanya
4. Menerima lingkungan sebagaimana adanya
5. Berbuat sesuai kemampuan dan minat
6. Membuat keputusan yang bijaksana
7. Berpikir positif
8. Membicarakan persoalan yang dihadapi dengan orang l a i n yang
dapat dipercaya
9. Memelihara kesehatan d in sendiri
10. Membina persahabatan dengan orang lain
11. Meluangkan waktu untuk diri sendiri:
Jika merasa tegang dan letih perlu istirahat atau rekreasi
12. Melakukan relaksasi:
Melalukan releksasi selama 10-15 menit setiap hari untuk
mengendorkan ketegangan otot yang diakibatkan oleh stres.
Sumber:
- Hamid, Achir Yani. (2000). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
- Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
- Keliat, Budi Anna. (2006) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
- Maramis, W. F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Airlangga University Press.
- Townsend, Mary. C. (2000). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts Of Care. Edisi 3. Philadelphia: F. A. Davis Company
- Stuart dan Laraia. (2001). Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. edisi 6. St. Louis: Mosby Year Book

Tidak ada komentar:

Posting Komentar