Total Tayangan Halaman

Minggu, 17 Juli 2011

MENARIK DIRI / ISOLASI DIRI

GANGGUAN ALAM PERASAAN: MENARIK DIRI / ISOLASI DIRI

BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami ketidakmampuan
untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan di
sekitarnya secara wajar. Pada pasien dengan perilaku menarik diri sering melakukan
kegiatan yang ditujukan untuk mencapai pemuasan diri, dimana pasien melakukan
usaha untuk melindungi diri sehingga ia jadi pasif dan berkepribadian kaku, pasien
menarik diri juga melakukan pembatasan (isolasi diri), termasuk juga kehidupan
emosionalnya, semakin sering pasien menarik diri, semakin banyak kesulitan yang
dialami dalam mengembangkan hubungan sosial dan emosional dengan orang lain.
Dalam membina hubungan sosial, individu berada dalam rentang respon yang
adaptif sampai dengan maladaptif. Respon adaptif merupakan respon yang dapat
diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang berlaku, sedangkan respon
maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah
yang kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya. Respon sosial dan
emosional yang maladaptif sering sekali terjadi dalam kehidupan sehari-hari,
khususnya sering dialami pada pasien menarik diri sehingga melalui pendekatan
proses keperawatan yang komprehensif penulis berusaha memberikan asuhan
keperawatan yang semaksimal mungkin kepada
pasien dengan masalah
keperawatan utama kerusakan interaksi sosial : menarik diri.
Dari segi kehidupan sosial cultural, interaksi sosialadalah merupakan hal yang
utama dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai dampak adanya kerusakan interaksi
sosial : menarik diri akan menjadi suatu masalah besar dalam fenomen kehidupan,
yaitu terganggunya komunikasi yang merupakan suatu elemen penting dalam
mengadakan hubungan dengan orang lain atau lingkungan disekitarnya.
Berdasarkan hal-hal diatas, penulis tertarik untuk mengangkat masalah-
masalah ini menjadi masalah keperawatan utama yaitu : kerusakan interaksi sosial
menarik diri pada Tn.H .
B. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup dalam penulisan laporan ini adalah bagaimana aplikasi
asuhan keperawatan pada klien dengan masalah keperawatan utama kerusakan
interaksi sosial; menarik diri
C. Tujuan Penulisan
1. tujuan umum
untuk mendapatkan gambaran tentang proses keperawatan pada klien
Tn.H dengan kerusakan interaksi sosial; menarik diri dari ruang Pusuk
Bukit RSJP Medan.
2. Tujuan Khusus
2.1 Dapat melakukan pengkajian, analisa data merumuskan masalah
keperawatan, membuat pohon masalah, menetapkan diagnosa

keperawatan pada Tn. H dengan kerusakan interaksi sosial;
menarik diri
2.2 Dapat menyusun perencanaan tindakan keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan klien dan mengatasi masalah klien.
2.3 Dapat mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan yang
nyata sesuai dengan diagnosa keperawatan telah ditegakkan.
2.4 Dapat menilai hasil (mengevaluasi) tindakan keperawatan yang
telah dilakukan.
2.5 Dapat melakukan pendokumentasian keperawatan.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam pembuatan laporan ini adalah:
1. Study Kasus
Penulis melakukan asuhan keperawatan secara langsung pada seorang klien
dengan masalah keperawatan utama kerusakan interaksi sosial: menarik diri

2. Observasi
Mengobservasi gejala-gejala perilaku yang dialami klien denngan masalah
keperawatan utama kerusakan interaksi sosial; menarik diri
3. Wawancara
Pengkajian dalam rangka pengumpulan data dilakukan terhadap klien,
keluarga klien dan perawat ruangan
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan laporan ini adalah:
BAB I : Pendahuluan
a. Pendahuluan
b. Ruang Lingkup
c. Tujuan Penulisan
d. Metode Penulisan
e. Sistematika penulisan
BAB II : Tinjauan Teoritis
a. tinjauan teoritis medis, meliputi : defenisi, predisposisii, faktor
presipitasi, rentang respon, tingkah laku menarik diri.
b. Asuhan keperawatan, meliputi : pengkajian, diagnosa, keperawatan,
intervensi, implementasi, dan evaluasi.
BAB II : Tinjauan Kasus
a. pengkajian
b. analisa data
c. pohon masalah
d. diagnosa keperawatan
e. intervensi keperawatan
f. implementasi dan evaluasi
BAB IV : Pembahasan
BAB V : Kesimpulan dan Saran

BAB II
A. Tinjauan Teoritis Medis
1. DEFENISI
Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami ketidak
mampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan
disekitarnya secara wajar dan hidup dalam khayalan sendiri yang tidak realistik.
2. FAKTOR PENYEBAB MENARIK DIRI
2.1.FAKTOR PREDISPOSISI
Berbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan gangguan alam perasaan
yang parah. Teori ini menunjukkan rentang faktor-faktor penyebab yang mungkin
bekerja sendiri atau dalam kombinasi.
2.1.1 Faktor genetik, dianggap mempengaruhi tranmisi gangguan efektif melalui
riwayat keluarga atau keturunan.
2.1.2 Teori agresi menyerang kedalam menunjukkan bahwa depresi terjadi karena
perasaan marah yang ditujukan kepada diri sendiri.
2.1.3 Teori kehilangan objek, merujuk kepada perpisahan traumatik individu dengan
benda atau yang sangat berarti.
2.1.4 Teori organisasi kepribadian, menuraikan bagaimana konsep diri yang negatif
dan harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan penilaian seseorang
terhadap
2.1.5 Model kognitif menyatakan bahwa defresi, merupakan masalah kognitif yang
didominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap diri seseorang, dunia
seseorang, dan masa depan seseorang.
2.1.6 Metode ketidak berdayaan yang dipelajari, menunjukkan bahwa bukan semata-
mata trauma menyebabkan defresi tetapi keyakinan bahwa seseorang tidak
mempunyai kendali terhadap hasil yang penting dalam kehidupannya, oleh
karena itu ia mengulang respons yang adaptif.
2.1.7 Model perilaku berkembang dari kerangka teori belajar sosial, yang
mengasumsi penyebab defresi terletak pada kurangnya keinginan positif dalam
berinteraksi dengan lingkungan.
2.1.8 Model biologik, menguraikan perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi
selama masa defresi, termasuk defisiensi katekolamin, disfungsi endoksin,
hipersekresi kotisol, dan variasi periodik, dem irama biologis.
2.2 FAKTOR PRESIPITASI
Adapun empat sumber utama stessor yang dapat menentukan gangguan
alam perasaan.
2.2.1 Kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang dilayangkan, termasuk
kehilangan cinta seseorang, fungsi fisik, kedudukan atau harga diri, karena
elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka peresepsi
pasien merupakan hal yang sangat penting.
2.2.2 Peristiwa besar dalam kehidupan, sering dilaporkan sebagai pendahulu episode
defresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang dihadapi
sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.
2.2.3 Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi perkembangan
defresi, terutama pada wanita.
2.2.4. Perubahan fisiologis diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik,
seperti : infeksi, neoplasma, dan gangguan keseimbangan metabolik, dapat
mencetuskan gangguan alam perasaan diantara obat-obatan tersebut terdapat
obat antihipertensi dan penyalah gunaan zat yang menyebabkan kecanduan.
Kebanyakan penyakit kronik yang melemahkan tubuh juga sering disertai
dengan defresi. Defresi yang terdapat pada usia lanjut biasanya bersifat
kompleks, karena untuk menegakkan diagnosisnya sering melibatkan evaluasi
dari kerusakan otak organik, dan defresi klinik (Stiart & Sundeen, 1998)
3. Rentang respon
Rentang Respon Sosial
Respon Adaptif
Respon Maladaptif
- Menyendiri
Merasa sendiri (Loneliness)
Manipulasi
- otonomi
Menarik diri
Impulsif
- Bekerja sama (mutualisme) ketergantungan(defenden)
narcisisisme
- Saling ketergantungan
(interdefenden)

Menyendiri ( Solitude)
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorrang untuk merenungkan apa yang
telah dilakukan bdi lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri
untuk menentukan langkah selaanjutnya.

Otonomi
Kemampuan individu untuk menetukan dan menyampaikan ide-ide, pikiran,
perasaan, dalam hubungaan sosial.

Bekerjasama (mutualism)
Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu
untuk saling memberi dan menerima.

Saling Ketergantungan (intervenden)
Merupakan kondisi saling ketergantungan antara individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal.

Menarik diri
Keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan
secara terbuka dengan orang lain

Ketergantungan ( dependen )
Terjadi bila seseorang gaagl dalam mengembangkan rasa percaya diri atau
kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.

Manipulasi
Gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap
orang lain sebagai objek.individu tersebut terdapat membina hubungan sosial
secara mendalam.

Impulsif
Tidak ammpu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman,
penilaian yang buruk dan individu ini tidak dapat diandalkan.

Narcissim
Harga dirinya rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan pujian yang egosentris dan pencemburu
Rentang Respon Emosional
Respon Adaptif
Respon Maladaptif
Kepekaan
Reaksi berduka
Supresi
Penundaan
Defresi
Emosional
Takterkomplikasi
Emosi
Reaksi berduka
Mania

Kepekaan emosional, dipengaruhi oleh dan berperan aktif dalam dunia
internal dan eksternal seseorang. Tersirat bahwa orang tersebut terbuka dan
sadar akan perasaannya sendiri.

Reaksi berduka tak terkomplikasi, terjadi sebagai respon terhadap kehilangan
dan tersirat bahwa seseorang sedang menghadapi sesuatu kehilangan yang
nyata serta terbenam dalam peroses aberbukanya.

Supresi emosi, mungkin tampak sebagai penyangkalan(denial)terhadap
perasaan sendiri, pelepasan dari keterikatan dengan emosi atau penalaran
terhadap semua aspek dari dunia apektif seeorang.

Penundaan reaksi berkabung, adalah ketidakadaan yang pesisten respon
emosional terhadap kehilangan. Ini dapat terjadi pada awal proses
berkabung, dan menjadi nyata pada pengunduran proses mulaai terjadi atau
keduanya.penundan dan penolakan proses berduka kadang terjadi bertahun-
tahun.

Defresi, suatu kesedihan atau perasaan duka yang berkepanjangan dapat
digunakan untuk menunjukkan berbagai fenomena, tanda, gejala sindrom,
keadaan emosional, reaksi penyakit atau klinik.

Mania, ditandai dengan elepati alam perasaan berkepanjangan atau mudah di
singgung. Hipomania digunakan untuk menggambarkan sindrom klinik serupa
tetapi tidak separah mania atau episide manik. (Stuart dan sundeen, 1998).
4. Tingkah laku menarik diri
adapun tingkah laku menarik diri yaitu :

Kurang sopan

Apatis

Ekspresi wajah kurang berseri

Afek tumpul

Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri

Komunikasi verbal menurun atau tidak ada.

Mengisolasi diri

Kurang sadar dengan lingkungan sekitar

Pemasukan makan dan minuman terganggu

Retensi win dan fesis

Aktivitas menurun

Kurang energik(tenaga)

Harga diri rendah

Menolak hububgfab dengan orang lain
5
Page 6
B. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Faktor Predisposisi
1.1Faktor perkembangan
Secara teori, kurangnya stimulasi, kasih sayang dan kehangatan dari
ibu(pengasuh) pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya.
1.2Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendudkung gangguan jiwa.
1.3Faktor sosiokultural
Isoloasi sosial dapat terjadi, salah satunya pada tuntutan lingkungan yang
terlalu tinggi.
2. Faktor Presipitasi
Stressor psikologis seperti intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang
disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah diyakini akan
menimbulkan berbagai masalah kerusakan hubungan sosial menarik dri
3. Prilaku
Tingkah laku klien menarik diri:
a. Kurang spontan
b. Apatis(acuh terhadap lingkungan)
c. Ekspresi wajah kurang berseri
d. Afek tumpul
e. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri
f. Komunukasi verbal menurun/tidak ada
g. Mengisolasi diri
h. Kurang sadar dengan lingkungan sekitar
i. Pemasukan makanan dan minuman terganggu
j. Retensi urine dan feses
k. Aktivitas menurun
l. Kurang energi(tenaga)
m. Harga diri rendah
n. Menolak berhubungan dengan orang lain.
4. Fisik
ADL (Aktiviti Daily Life)
Masalah nutrisi, kebersihan diri, tidak amampu berpartisipasi dalam kegiatan
aktivitas fisik yang menurun akan muncul pada klien dengan menarik diri.
5. Status emosi
Afek tidak sesuai merasa bersalah dan malu, sikap negatif yang curiga,rendah
diri dan kecemasan berat.
6. Status sosial
Menarik diri dan tidak percaya pada orang lain.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan menarik diri.
1. resiko tinggi melakukan kekerasan sehubungan dengan alusinasi
pendengaran
2. perudahan sensor persepsi ; alusinasi pendengaran b/d menarik
diri.
6
Page 7
3. kerusakan interaksi sosial; menarik diri b/d harga diri rendah
kronis
4. sindrom defisit perawatan diri b/d intoleransi aktivitas
5. ketegangan peran memberi perawatan b/d ketidakmampuan
keluarga merawat pasien dirumah.
C. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa keperawatan 1
Resiko tinggi terhadap tindakan kekerasan yang diarahkan kepada orang lain
pada diri sendiri dan lingkungan b/d alusinasi pendengaran.
Tujuan
TUM klien dapat mengendalikan alusinasinya
TUK 1 klien dapat membina hubungan saling percaya.
Intervensi :
1. bina hubungan saling percaya
salam terafentik, perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi,
ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak y6ang jelas,
tepati waktu.
2. dorong dan beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya.
3. dengarkan ungkapan klien dengan empati
Rasional:
1. hubunagn saling percaya seagai dasar interaksi yang terapeutik perawat klien
2. ungkapan perasaan klien terhadap perawat sebagai bukti bahwa klien mulai
mempercayai perawat
3. rasa empati akan meningkatkan hubungan saling percaya.
Evalusi
Klien dapat mengungkapkan perasaan dan keadaannya saat ini secara verbal.
TUK 2 : klien dapat mengenal alusinasinya
Intervensi
1. aadaakaan kontrak sering dan singkat secara bertahap 5 menit setiao 1 jam,
10 menit setiap aati jaam, 15 menit setiap satu jam
2. observasi tingkah laku verbaal / non verbaal yang berhububg dengan
alusinasi bicara sendiri, yaitu : isi bicara, mata melotot, tiba-tiba melotot,
tiba-tiba pergi, tertawa tiba-tiba
3. gambarkan tingkah laku alusinasi pada klien “apa yang terdenganr aatau
dilihat “.
4. terima alusinsi sebagai hal yang nyata bagi klien, tapi tidak bagi oerawat
(tidak membenarkan dan tidak menunjang)
5. bbrsama klien mengidentifikasi aktivitas yang menimmbulkab dan tiodak
menimbulkan alusinasi sifat, isi,waktu, dan perekuensi alusinasi.
6. bersaama klien menetukan faktor pemncetus alusinasi, : apa yang terjadi
sebelum alusinasi?”.
7. dorong klien mengungkapkan perasaannya ketika sedang berhalusinasi
Evaluasi
1. klien dapat membedakan hal yang nyata dan hal yang tidak nyata setelah 3-4
kali pertemuan dengan menceritakan hal-hal yang nyata.
2. klien dapat menyebutkan situasi yang menimbulkan alusinasi: sifat, isi,
waktu, frekuensi alusinasi, setelah 3x pertemuan.
7
Page 8
TUK 3 : klien dapat mengontrol halusinasinya
Intervensi:
1. identifikasi bersama klien tindakan apa yang dilakukan bila sedang
berhalusinasi
2. beri pujian terhadap ungkapan klien tentang tindakannya
3. diskusikan cara memutuskan halusinasi
4. dorong klien untuk menyebutkan kembali cara memutuskan halusinasi
5. beri pujian atas upaya klien
Rasional
1. tindakan yang bisa dilakukan klien merupakan upaya mengatasi halusinasi
2. memberikan hal yang positif atau pengakuan akan meningkatkan harga diri
klien
3. dengn halusinsi yang terkontrol untuk klien maka waham curiga tidak terjadi
4. pengulangan hasil diskusi yang dapat dilakukan klien merupakan suatu tanda
konsentrasi pikir dapat difokuskan
5. pujian meruoakan pengakuan yang dapat meningkatkan motivasi dan harga
diri klien
Evaluasi
1. klien dapat menyebutkan tindakan yang bila sedang berhalusinasi setelah 3 x
pertemuan
2. klien dapat menyebutkan 3 dari 4 cara memutuskan halusinasi
TUK 4 klien dapat memanfaatkan obat untuk mengontrol halusinasinya
Intervensi
1. diskusikan dengan klien tentang obat mengontrol halusinasi
2. bantu klien untuk memastikan klien telah minum obat secara teratur untuk
menontrol halusinasinya
Rasional
1. meningkatkan pengetahuan dan motivasi klien untuk minum obat secara
teratur
2. memastikan bahwa klien minum obat secara teratur
Evaluasi
klien minum obat secara teratur sesuai aturan minum obat setelah 3 x pertemuan
TUK 5 : klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya
Intervensi
1. dorong klien untuk memberitahu keluarga ketika timbul halusinasi
2. lakukan kunjungan keluarga, kenalkan pada halusinasi klien bantu dalam
memutuskan tindakan untuk mengontrol halusinasi klien, ajarkan cara
merawat klien dirumah, informasikan cara memotifikasi lingkungan agar
mendukung realitas dan dorong keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan
dalam mengontrol halusinasi klien.
Rasional
1. sebagai upaya latihan klien sebelum berada di rumah
2. keluarga yang mampu merawat klien dengan halusinasi paling efektif
mendukung kesembuhan klien dengan masalah halusinasi

Evaluasi
Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasi setelah dirumah
Diagnosa keperawatan 2
Perubahan sensasi presepsi ; b/d keruskan interaksi sosial;menarik diri
TUM :klien dapat berhubungan dengan orang lain dan lingkungan sehingga
halusinasi dapat dicegah
TUK 1 klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Intervensi
Bina hubungan saling percaya :
-
sikap terbuka dan empati
-
terima klien apa adanya
-
sapa klien dengan ramah
-
tepati janji
-
jelaskan tujuan pertemuan
-
pertahankan kontak mata selama interaksi
-
penuhi kebutuhan dasar klien saat itu
Rasional
Kejujuran, kesediaan dan penerimaan, meningkatkan kepercayaan hubungan antara
klien dengan perawat
Evaluasi
Setelah 2 x pertemuan klien dapat menerima kehadiran perawat
TUK 2 : klien dapat mengenal perasaan yang menyatakan perilaku menarik diri
Intervensi
1. kaji pengetahuan klien tentang menarik diri
2. beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri
3. diskusikan bersama klien tentang prilaku menarik dirinya
4. beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkannya
Rasional
1. mengetahui sejauh mana pengetahuan klien yang menarik diri sehingga
perawat dapat merencanakan tindakan selanjutnya
2. untuk mengetahui alasan klien menarik diri
3. meningkatkan pengetahuan klien dan mencari pemecahan bersama tentang
masalah klien
4. meningkatkan harga diri klien berani bergaul denngan lingkungan sosialnya
Evalusi
Setelah satu kali pertemuan klien dapat menyebutkan penyebab/alasan menarik
daripada dirinya
TUK 3 : klien dapat mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang lain

Intervensi
1. diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
2. dorong klien untuk menyebutkan kembali manfaat berhubungan dengan
orang lain
3. beri pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan manfaat
berhubungan dengan orang lain
Rasional
1. meningkatkan pengetahuan klien tentang perlunya berhubungan dengan
orang lain
2. untuk mengetahui tingkat permohonan klien terhadap informasi yang telah
diberikan
3. reinfocemet positif dapat meningkatkan harga diri klien
Evaluasi
Klien dapat menyebutkan 2 dari 3 manfaat berhubungan denngan orang lain
-
mendapat teman
-
mengungkapkan perasaan
-
membantu pemecahan masalah
TUK 4 : klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap
Intervensi
1. dorong klien untuk menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain
2. dorong dan bantu klien berhubungan dengan orang lain secara bertahap
antara lain:
-
klien – perawat
-
klien – perawat – perawat lain
-
klien – perawat – klien lain
-
klien – kecil (TAK)
-
klien – keluarga
3. libatkan klien dalam kegiatan TAK dan ADL ruangan
4. reinforcement positif atas keberhasilan yang telah dicapai klien
Rasional
1. untuk mengetahui pemahaman klien terhadap informasi yang telah diberikan
2. klien mungkin mengalami perasaan tidak nyaman, malu dalam berhubungan
sehingga perlu dilatih secara bertahap dalam berhubungan dengan orang lain
3. membantu klien dalam mempertahankan hubungan interpersonal
4. reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien
Evaluasi
Klien dapat menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain, misalnya :
-
mmembalas sapaan perawat
-
menatap mata
-
mau berinteraksi
TUK 5 : klien mendapatkan dukungan keluarga dan berhubungan dengan orang lain
Intervensi
1. diskusikan tentang manfaat berhubungan denga anggota keluarga
2. dorong klien untuk mengemukakan perasaan tentang keluarga
3. beri brenforrcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasanya, manfaat berhubungan dengan orang lain
Rasional
1. untuk mengetahui sejauh mana klien merasakan amanfaat dari berhubungan
dengan orang lain
2. mengidentifikasi hambatan yang dirasakan oleh klien dalam berhubungan
dengan orang lain
3. reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien
evaluasi
klien dapat mengungkapkan perasaanya setelah berhubungan dengan orang lain
untuk :
-
diri sendiri
-
orang lain
Diagnosa keperawatan 3
Kerusakan interaksi sosial ; menarik diri b/d harga diri rendah
Tujuan
TUM : klien mampu berhubungan dengan orang lain tanpa merasa rendah diri
TUK 1 : klien dapat memperkuat kesadaran diri
Intervensi
1. diskusikan dengan klien kelebihan yang dimilikinya
2. diskusikan kelemahan yang dimilikinya
3. beritahu klien bahwa tidak ada manusi yang sempurna, semua memiliki
kelebihan dan kekurangan
4. beritahu klien bahwa kekurangan bisa dimiliki dengan kelebihan yang dimiliki
5. anjurkan klien untuk lebih meningkatkan kelebihan yang dimiliki
6. beritahu klien bahwa ada hikmah dibalik kekurangan yang dimiliki
Rasional
1. mengidentifikasi hal-hal positif yang masih dimiliki klien
2. mengingatkan klien bahwa klien manusia biasa yang mempunyai kekurangan
3. menghadirkan realita pada klien
4. memberikan garapan pada klien
5. memberikan kesempatan berhasil lebih tinggi
6. agar klien tidak merasa putus asa
Evaluasi
1. klien dapat menyebutkan kemampuan yang ada pada diri setelah 1 x
pertemuan
2. klien dapat menyebutkan kelemahan yang dimiliki dan tidak menjadi
halangan dalam mencapai keberhasilan
TUK 2
Klien dapat menyelidiki dirinya
Intervensi :
1. diskusikan denga klien ideal dirinya apa harapan selama di RS
2. bantu klien mengembangkan antara keinginan dan kemampuan yang
dimilikinya
3. beri kesempatan klien untuk berhasil
4. beri Reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai

rasional
1. untuk mengetahui sampai dimana reaalistis dan harapan klien
2. membantu klien membentuk harapan yang realistis
3. meningkatkan percaya diri klien
4. memberi penghargaan terhadap perilaku yang positif
Evaluasi
Klien dapat menyebutkan cita-cita dan harapan yang sesuai dengan kemampuan
setelah 1 x pertemuan
TUK 3
Klien dapat mengevalusi diri
Intervensi
1. bantu klien mengidentifikasikan kegiatan atau keinginan yang bakl dicapainya
2. kaji bagaimana perasaan klien dengan keberhasilan tersebut
3. bicarakan kegagalan yang pernah dialami klien dan seba-sebab kegagalan.
4. kaji bagaimana respon klien terhadap kegagalan tersebut dan cara
mengatasinya
5. jelaskan pada klien bahwa kegagalan yang dialami dapat menjadi pelajaran
untuk mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.
Rasional
1. mengingatkan klien bahwa ia tidak selalu gagal
2. memberikan kesempatan klien untuk menilai dirinya sendiri
3. mengetahui apakah kegagalan tersebut mempengaruhi klien
4. mengetahui kuping yang selama ini digunakan oleh klien
5. memnerikan kekuatan pada klien bahwa kegagalan itu bukan merupakan
akhir dari suatu usaha
Evaluasi
1. klien dapat mmenyebutkan keberhasilan yang pernah dialami setelah 1 x
pertemuan
2. klien dapat menyebutkan kegagalan yang pernah dialami setelah 4 x
pertemuan
TUK 4
Klien dapat membuat rencana realistis
Intervensi
1. bantu klien merumuskan tujuan yang ingin dicapai
2. diskusikan denngan klien tujuan yang ingin dicapai dengan kemampuan klien
3. bantu klien memilih perioritas tujuan yang mungkin dapat dicapainya
4. beri kesempatan klien untuk melakukan kegiatan yang telah dipilih
5. tunjukkan keterampuilan atau keberhasilan yang telah dicapai klien
6. ikut saatukan klien dalam kegiatan aktivitas kelompok
7. beri reinforcment positif bila klien mau mengikuti kegiatan kelompok
Rasional
1. Agar klien tetap realistis dengan kemampuan yang dimilikinya
2. mempertahankan klien untuk tetap realistis
3. agar prioritas yang dipilih sesuai dengan kemampuan
4. menghargai keputusan yang telah di pilih klien
5. memberikan penghargaan atas keberhasilan yang telah dicapai
6. ikut sertakan klien dalam kegiatan aktivitas kelompok
7. beri reinforcement bila klien mau mengikuti kegiatan kelompok
Evaluasi
1. klien dapat menyebutkan tujuan yang ingin dicapai setelah 1 x pertemuan
2. klien dapat membuat keputusan dan mencapai tujuan setelah 1 x pertemuan
TUK 5
Klien dapat dukungan keluarga yang meningkatkan hanya dirinya
Intervensi
1. diskusikan dengan keluarga tanda-tanda harga diri rendah
2. tunjukkan setiap anggota keluarga untuk mengenal dan menghargai
kemampuan tiap anggota keluarga
3. Diskusikan dengan keluarga cara merespon terhadap klien dengan harga diri
rendah seperti menghargai klien tidak mengejek, tidak menjauhi
4. tunjukkan pada keluarga untun memberikan kesempatan berhasil pada klien
5. tunjukkan kepada keluarga untuk menerima klien apa adanya
6. anjurkan keluarga untuk melibatkan klien dalam setiap pertemuan keluarga
Rasional
1. mengatisipasi masalah yang timbul
2. menyiapkan suport sistem yang akurat
3. meningkatkan kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan harga diri
rendah seperti menghargai klien, tidak mengejek, tidak menjauhi
4. memberikan kesempatan pada klien untuk sukses
5. membantu meningkatkan harga diri klien
6. meningkatkan interaksi klien dengan anggota kelurga
Evaluasi
1.
-
keluarga dapat menyebutkan tanda-tanda harga diri rendah
-
mengatakan diri tidak berharga tidak berguna dan tidak
-
pesimis
-
menarik diri dan realita
2. keluarga dapat merespon dan memperlakukan klien dengan harga diri rendah
secara tepat setelah 2 x pertemuan
Diagnosa keperawatan 4
Sindrom defisit perawatan diri berhubungan dengan intrenon aktivitas
Tujuan
TUM : klien dapat mmelakukan perawatan diri
TUK 1 : klien mengetahui keuntungan melakukan perawatan diri
Intervensi
1. diskusikan tentang keuntungan melakukan perawatan diri
2. dorong klien untuk menyebutkan kembali keuntungan dalam melakukan
perawatan diri
3. beri pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan keuntungan
melakukan perawatan diri
Rasional
1. untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang perlunya perawatan diri
2. untuk mengetahui tingkat pemahaman klien tentang informasi yang telah
diberikan
3. Reinforcement positif dapat menyenangkan hati klien

Evaluasi
Klien dapat menyebutkan keuntungan dari melakukan perawatan diri seperti :
-
memelihara kesehatan
-
memberi rasa nyaman
TUK 2
Klien mengetahui kerugian jika tidak melakukan perawatan diri
Intervensi
1. diskusikan tentang kerugian tidak melakuakn perawatan diri
2. beri pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan kerugian tidak
melakukan perawatan diri
Rasional
1. untuk meningkatkan minat klien dalam melakukan perawatan diri
2. Reinforcement positif untuk menyenangkan hati klien
Evaluasi
klien dapat menyebutkan kerugian dari tidak melakukan perawatan diri seperti
-
terkena penyakit
-
sulit mmendapat teman
TUK 3 : klien berminat melakukan perawatan diri
Intervensi
1. dorong dan membantu klien dalam melakukan perawatan diri
2. beri pujian atas keberhasilan klien melakukan perawatan diri
Rasional
1. untuk meningkatkan minat klien dalam melakukan perawatan diri
2. reinforcement positif dapat menyenangkan hati klien dan meningkatkan minat
klien untuk melakukan perawatan diri
Evaluasi
Klien melakukan perawatan diri seperti :
Diagnosa keperawatan 5
Ketegangan peran memberi perawatan untuk berhubungan dengan ketidak
mampuan keluarga merawat pasien di Rumah
Tujuan
TUM:
Para pemberi perawatan akan mendemonstrasikan keterampilan memecahkan
masalah yang efektif dan membentuk mekanisme koping yang adaptip
TUK : Pemberian perawatan akan mendemonstrasikan pemahaman tentang cara-
cara untuk memudahkan peran memberi perawatan
Intervensi
1. kaji kemampuan pemberi perawatan sadar terhadap sistem pelayanan
dimana mereka mencari bantuan.
2. pastikan bahwa pemberi perawatan sadr terhadap sistem pelayanan
kesehatan dimana mereka dapat mencari bantuan
3. anjurkan pada para pemberi perawatan untuk mengekpresikan perasaanya
terutama rasa marah
4. dorongan untuk berpartisipasi pada kelompok-kelompok pendukung yang
berisi anggota-anggota dengan situasi-situasi kehidupan yang sama

Rasional
1. para pemberi perawatan dapat tidak menyadari terhadap apa yang secara
realistis dapat dicapai oleh pasien mereka dapar tidak menyadari terhadap
kemajuan alami dari penyakitnya
2. para pemberi perawatan memerlukan keinginan dari tekanan dan ketegangan
setelah memberikan perawatan 24 jam kepada mereka dapat mencari
bantuan
3. pelepasan dari emosi-emosi ini dapat membantu mencegah fsikopatologi
seperti defresi, atau timbulnya kelainan fsikopatologis
4. mendengarkan
orang lain
mengalami masalah-masalah
yang
sama
mendiskusikan cara-cara yang telah mereka hadapi dapat membantu pemberi
perawatan untuk mengadopsi strategi-strategi yang lebih adaptif
Evaluasi
Para pemberi perawatan dapat mendemontrasikan keterampilan memecahkan
masalah yang efektif dan membentuk mekanisme koping yang adaptif.
DAFTAR PUSTAKA
Carpeinto, Lynda Jual. Bahan Saku Keperawatan, EGC, Jakarta 1997.
Keliat, Budi Anna, dkk. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC, Jakarta 1997
Rasmun. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga, Fajar
Intrapratama, Jakarta, 2001.
Stuart dan Sundeen, Keperawatan Jiwa, EGC, Jakarta, 1998
Townsen, C,.Marry, Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri, EGC, Jakarta,
1998.
15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar